9.24.2006

Budaya Gaul tuk Anak Muda

Orang bilang, kalo tahun ini rambut kita ngga segimbal Lenny Kravitz, maka kita ngga gaul. Kalo ngga gape main winning eleven atau ngga jago memainkan si Lara Croft kita bukan anak gaul, bahkan kalo seumur-umur kita belum pernah nginjek diskotik & pub, kita super ngga gaul, kacida (kata urang bandung mah). Menjadi anak gaul seolah menjadi impian setiap anak remaja, rasanya kita begitu save dan enjoy pergi kemana-mana kalo kita punya label gaul, ke sekolah ok, ke mall asyik, beredar di jalanan pun ok aja lagi.

Pokoknya kalo kita punya merk anak gaul, yang lain minggiiirrr! Sayangnya, banyak yang menafsirkan sosok anak gaul dengan tafsiran yang dangkal dan agak ganjil. Anak SD sekarang malu kalo belum merokok, disangka ngga gaul, anak SMP “fastabiqul” ngumpulin koleksi artis-artis idolanya ala Westlife, Greenday, dll. Malu kalo temannya main ke kamarnya ngga ada foto si Bryan atau si Sean. Anak SMU malu abis kalo masih jomblo dan ngga tau trik-trik menarik perhatian. Anak mahasiswa apalagi, banyak yang sudah ngga malu kalo sudah ngga virgin lagi. Iih ngeri yah, masa sih anak gaul mesti seperti itu? Apa bener anak gaul mesti punya ciri-ciri kayak yang diceritakan tadi? Sobat muda yang shaleh dan tetap ceria, coba deh kita tengok lagi kamus bahasa Indonesia kita, di sana jelas dikatakan bergaul artinya bercampur, berbaur, bermasyarakat.

Bahkan menurut kamus bahasa gaul sendiri, bergaul itu artinya supel, pandai berteman, nyambung diajak ngomong, periang, cerdas, dan serba tau info-info yang aktual, tajam dan terpercaya alias luwes wawasan. Jadi, ngga tepat dong kalo label anak gaul hanya diberikan kepada mereka-mereka yang punya puber, berpenampilan supergirl, makannya burger tapi kerjaannya cuma udar-ider.

Dan kayaknya lebih cocok kalo label anak gaul itu, buat sobat muda yang cerdas, luwes dan berwawasan luas, kalem, berpenampilan adem, jiwanya tentrem, kerjanya baca buku sampe malem dan hobinya shalat malem, plus ngga ketinggalan anak gaul itu mesti rame tapi ngga bikin rese. Sepakat??? Lawan dari gaul adalah “kuper” alias kurang pergaulan. Sobat, dulu orang gampang aja ngecap seseorang itu anak gaul atau kuper. Kalo anaknya hip-hip hura kemana-mana bawa ganknya, penampilan nyentrik walau ngga komplit Nokia N-gage terbaru di tangan, ke kampus bawa kodok VW teranyar, itu anak gaul. Sebaliknya, kalo anaknya pendiam, pemalu, lugu, penampilan alakadarnya pokona mah ngolot lah, itu jelas anak kuper bahkan sebagian orang kerap mengidentikkan kekuperan dengan jilbab dan peci, “nyantri”, yang mojok di pinggiran keramaian kota. Astaghfirullahal adzim.Tapi jangan khawatir sobat muda, sekarang skornya jadi

1 : 1 ketika ternyata di sekolah-sekolah favorit, di kampus-kampus bonafid, di perumahan-perumahan elit bahkan di kursi-kursi eksekutif mereka berpenampilan nyantri, bahkan skornya berbalik menjadi

1 : 2 saat sosok-sosok juara kelas dan siswa teladan, ketua senat pembela aspirasi umat, teknokrat yang taat, ilmuwan yang penuh pemahaman, hartawan yang dermawan, dan dokter yang berakhlak mulia, menjelma menjadi sosok gaul yang berbaur dengan masyarakat dan membawa rahmat bagi mereka. Wah seru ya jadi anak gaul yang dicintai kerabat, sahabat dan masyarakat di dunia dan akhirat. Hidup dengan enak tapi tidak seenaknya. Gimana caranya??? Gini deh

Pertama, kuasai informasi
Filsafat modern mengatakan siapa yang menguasai informasi dialah yang menguasai dunia. Sobat, ingatlah di dunia ini hanya ada dua pilihan, dipengaruhi atau mempengaruhi. Jadilah Mr. Info yang serba tau dan jangan pernah ketinggalan berita-berita terkini dan tercanggih, sehingga kalo temen kamu butuh info sesuatu, pastikan bertanya sama kamu dan mendapat jawaban yang memuaskan. Jangan kalah sama mereka yang otaknya dijejali dengan menghapal seleb-seleb yang sama zodiaknya, lagu-lagu teranyar yang dirilis boys-band favoritnya, dll. Kalo sudah jadi Mr. Info, insya Allah ngga bakalan ada orang yang berani ngecap kamu kuper. Tapi ingat, tidak semua yang kita tau harus kita lakoni.

Kedua, harus ada nilai plus kesalehan.
Salah satu indikator dari kesalehan adalah baik budi pekerti/akhlak. Ngga ada cerita orang yang ngga suka sama anak shaleh. Anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, semuanya suka anak yang berbudi pekerti baik. Bukankah ketika Rasul ditanya oleh para sahabat, siapakah yang di antara hamba Allah yang paling dicintai Allah, beliau menjawab, “Yang terbaik budi pekertinya”. (At-Thabrani).

Ketiga, milikilah sahabat sejati.
Sebuah hikmah menyatakan manusia itu ibarat satu sayap yang tidak dapat terbang tanpa sayap yang satunya, dan di sanalah peranan seorang teman sejati yang mengokohkan kita saat kita oleng, yang mengingatkan kita saat kita khilaf, yang menuntun kita saat kita buta. Teman sejati inilah yang tidak dimiliki oleh anak-anak gaul yang meninggal dengan tragis akibat over dosis karena obat yang diberikan “sohib” karibnya. Teman sejati juga tidak dapat dimiliki dalam kehidupan tak bernorma ala homo homini lupus, siapa yang kuat dia yang dapat, ambil kesempatan urusan belakangan, sehingga timbullah makhluk-makhluk selingkuh, khianat dan munafik. Itulah akibatnya kalo kita salah pilih teman kepercayaan, kita merasa ditusuk dari belakang, sakit sekali dan di akhirat kita bisa gigit jari.Keempat, kalo sudah punya teman sejati sebagai pegangan, berlakulah seperti ikan di laut yang hidup di air asin tapi tubuhnya tidak berasa asin. Jangan menutup diri, berbaurlah, tapi jangan lebur. Ingat pesan Rasul, “Orang mukmin yang bergaul dengan orang lain dan tabah menghadapi gangguan mereka lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan orang lain dan tidak tabah menghadapi gangguan mereka (At-Tirmidzi). Bukankah shalat berjamaah lebih utama daripada sendirian? Bukankah amal jama’i lebih mengesankan daripada amal sendirian? Dan bukankah sabda Rasul, “ Orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak manfaatnya untuk manusia”.

Bila seorang istri khufur

Sebuah pertanyaan penting yang harus diketahui jawabannya oleh para istri maupun ibu sebagai pendidik dan juga ukhti muslimah lainnya yang sedang mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan,…tulisan dibawah ini selayaknya menjadi bahan renungan bagi kita bersama …..Wahai ukhti muslimah,..wahai para istri yang sedang membina biduk rumah tangga bersama suami tercinta,…tentunya engkau sangat ingin dijuluki sebagai simpanan yang paling baik diatas muka bumi ini sebagaimana yang Rasulullah sabdakan: “Ingatlah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu simpanan yang paling baik bagi seseorang? Yaitu wanita shalihah, jika suami memandangnya, maka dia membuatnya senang, jika suami menyuruhnya maka dia menaatinya dan jika suami tidak ada disisinya maka dia menjaganya “(HR.Abu Dawud) Alangkah berbahagianya seorang suami bila mendapati istrinya termasuk seorang wanita shalihah karena ia adalah sebaik-baik perhiasan diatas muka bumi.

Perhiasan yang tidak ternilai. Dan juga betapa bahagianya sang istri bila mendapati suaminya yang ia cintai senang terhadap dirinya dan meredhainya karena dengan keridhoan suaminya itu maka apabila ia mati tidak ada balasan yang terbaik baginya melainkan surga Allah yang seluas langit dan bumi dimana ia bisa memasukinya dari pintu manapun yang ia kehendakinya. Coba ukhti simak hadits berikut dibawah ini : Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, dia bercerita,

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : “Wanita mana saja yang meninggal sedang suaminya meridhainya maka akan masuk surga” (HR.Ibnu Majah,Tirmidzi, dan Hakim, Dan Al-Hakim mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih) Sabda Beliau yang lainnya: “Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu, dan berpuasa bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya, menjaga kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya, ”masuklah kamu kedalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki” (HR.Imam Ahmad dan Nasa’i. Semua perawi hadits ini tsiqah)Karena itu tidak boleh hilang dari benak kita bahwa memahami ajaran agama yang lurus ini dengan kesadaran dan ketaatan kepada suami merupakan bagian yang dapat memasukkan seorang wanita muslimah ke dalam surga.

Akan tetapi kita dapati kenyataan dewasa ini sedikit sekali seorang istri yang taat kepada suaminya dan mensyukuri pemberian suami kepada dirinya (kecuali yang dirahmati Allah). Selalu saja merasa kurang dan tidak cukup. Sehingga suami yang sudah lelah bekerja seharian jarang disambut dengan senyuman mesra karena kecilnya penghasilan sang suami. Dia tidak sadar telah menjerumuskan dirinya dalam bahaya besar yaitu bahwa Allah tidak sudi memandang dirinya akibat dari ketidak peduliannya terhadap rasa syukurnya atas apa yang diberikan suami kepadanya baik nafkah ataupun yang lainnya. Hal ini sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sabdakan: “Allah tidak akan memandang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal ia butuh kepadanya”(HR.Al-Hakim dalam Mustadraknya, beliau mengatakan isnad hadits ini adalah shahih)Hendaklah seorang istri mengingat hadits diatas dengan baik dalam pikirannya agar ketika ia lupa mengucapkan syukur (terima kasih) kepada suaminya segera beristighfar kepada Allah Ta’ala dan segera mengucapkan ucapan syukur kepada suaminya untuk menghindarkan dirinya dari kemurkaan Allah.

Yang demikian itu karena wanita muslimah yang telah dibekali dengan ilmu agama sadar dan selalu menepati janji dan tidak mengenal kufur terhadap nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadanya karena dia mendapatkan petunjuk dari agamanya yang menyelamatkan dirinya dari kebobrokan moral akhlak wanita-wanita kafir yang tidak pernah mengakui kebaikan-kebaikan yang suami mereka berikan.Ironisnya wanita-wanita muslimah dewasa ini diantara mereka ada yang berperilaku demikian.

Mungkin hadits dibawah ini patut untuk dicamkan, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: “Pernah diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah wanita yang suka berbuat kufur. Ditanyakan kepada beliau, ”Apakah mereka berbuat kufur terhadap Allah? Beliau menjawab,”Mereka berbuat kufur terhadap keluarga dan kufur terhadap kebaikan. Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mendapatkan perlakuan buruk darimu, niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”(Hadits Muttafaq Alaih)Sedangkan dari Asma binti Yazid radhiyallahu anha dia menceritakan: “Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah berjalan melalui kami sedang kami semuanya adalah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata: ’Jauhilah oleh kalian kufur terhadap orang yang berbuat kebaikan’ Lalu kami bertanya “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kufur terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan itu?” Maka beliau menjawab: ”Mungkin salah seorang diantara kalian ada yang lama hidup menjanda bersama orangtuanya, lalu Allah Azza wa Jalla memberikannya seorang suami, darinya dia memberikan harta dan keturunan. Kemudian suatu saat dia marah dan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darinya meskipun hanya satu hari”(HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits shahih)Hadits-hadits diatas menegaskan tentang kufurnya seorang wanita terhadap kebaikan yang terkandung didalamnya kufur terhadap kenikmatan sekaligus penghinaan terhadap nafkah yang diberikan suami.

Nabi Shalallahu alaihi wassalam telah menerangkan dengan jelas dan baik supaya salah seorang dari wanita-wanita itu tidak ada alasan dihadapan Allah Ta’ala pada saat Dia menanyakan tentang muamalahnya dengan sang suami, “Apakah engkau berbuat baik kepadanya ataukah engkau mengkufuri nikmatnya dan meremehkan pemberian nafkahnya? (1)Jelaslah sudah bagaimana seorang istri bisa menjadi kufur dihadapan Allah.

Hendaklah dari sekarang kita menyadari dan meninggalkan perbuatan tersebut karena hal itu merupakan penyebab disiksanya wanita dineraka pada hari kiamat kelak. Semoga Allah senantiasa menjaga istri-istri muslimah sehingga rumah-rumah mereka dipenuhi dengan cahaya keimanan dan menjadikan mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amin, karena sesungguhnya sedikit sekali golongan yang bersyukur itu sebagaimana firman-Nya: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”(Saba:13)

Aku rela di poligami

Poligami merupakan syariat Islam yang akan berlaku sepanjang zaman hingga hari akhir. Poligami diperbolehkan dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil diantara para istri, sebagaimana pada ayat yang artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” Berlaku adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya, yaitu dengan memberikan kepada masing-masing istri hak-haknya. Adil disini lawan dari curang, yaitu memberikan kepada seseorang kekurangan hak yang dipunyainya dan mengambil dari yang lain kelebihan hak yang dimilikinya. Jadi adil dapat diartikan persamaan. Berdasarkan hal ini maka adil antar para istri adalah menyamakan hak yang ada pada para istri dalam perkara-perkara yang memungkinkan untuk disamakan di dalamnya. Adil adalah memberikan sesuatu kepada seseorang sesuai dengan haknya.

Apa saja hak seorang istri di dalam poligami? Diantara hak setiap istri dalam poligami adalah sebagai berikut:

A. Memiliki rumah sendiri Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33, yang artinya, “Menetaplah kalian (wahai istri-istri Nabi) di rumah-rumah kalian.” Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menyebutkan rumah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam bentuk jamak, sehingga dapat dipahami bahwa rumah beliau tidak hanya satu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Aisyah Radhiyallahu 'Anha menceritakan bahwa ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sakit menjelang wafatnya, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, “Dimana aku besok? Di rumah siapa?’ Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menginginkan di tempat Aisyah Radhiyallahu 'Anha, oleh karena itu istri-istri beliau mengizinkan beliau untuk dirawat di mana saja beliau menginginkannya, maka beliau dirawat di rumah Aisyah sampai beliau wafat di sisi Aisyah. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meninggal di hari giliran Aisyah. Allah mencabut ruh beliau dalam keadaan kepada beliau bersandar di dada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan dalam kitab Al Mughni bahwasanya tidak pantas seorang suami mengumpulkan dua orang istri dalam satu rumah tanpa ridha dari keduanya. Hal ini dikarenakan dapat menjadikan penyebab kecemburuan dan permusuhan di antara keduanya. Masing-masing istri dimungkinkan untuk mendengar desahan suami yang sedang menggauli istrinya, atau bahkan melihatnya. Namun jika para istri ridha apabila mereka dikumpulkan dalam satu rumah, maka tidaklah mereka. Bahkan jika keduanya ridha jika suami mereka tidur diantara kedua istrinya dalam satu selimut tidak mengapa. Namun seorang suami tidaklah boleh menggauli istri yang satu di hadapan istri yang lainnya meskipun ada keridhaan diantara keduanya. Tidak boleh mengumpulkan para istri dalam satu rumah kecuali dengan ridha mereka juga merupakan pendapat dari Imam Qurthubi di dalam tafsirnya dan Imam Nawawi dalam Al Majmu Syarh Muhadzdzab.

B. Menyamakan para istri dalam masalah giliran Setiap istri harus mendapat jatah giliran yang sama.

Imam Muslim meriwayatkan hadits yang artinya Anas bin Malik menyatakan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memiliki 9 istri. Kebiasaan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bila menggilir istri-istrinya, beliau mengunjungi semua istrinya dan baru behenti (berakhir) di rumah istri yang mendapat giliran saat itu. Ketika dalam bepergian, jika seorang suami akan mengajak salah seorang istrinya, maka dilakukan undian untuk menentukan siapa yang akan ikut serta dalam perjalanan. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Aisyah Radhiyallahu 'Anha menyatakan bahwa apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hendak safar, beliau mengundi di antara para istrinya, siapa yang akan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sertakan dalam safarnya. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam biasa menggilir setiap istrinya pada hari dan malamnya, kecuali Saudah bintu Zam’ah karena jatahnya telah diberikan kepada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa seorang suami diperbolehkan untuk masuk ke rumah semua istrinya pada hari giliran salah seorang dari mereka, namun suami tidak boleh menggauli istri yang bukan waktu gilirannya. Seorang istri yang sedang sakit maupun haid tetap mendapat jatah giliran sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Aisyah Radhiyallahu 'Anha menyatakan bahwa jika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ingin bermesraan dengan istrinya namun saat itu istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang haid, beliau memerintahkan untuk menutupi bagian sekitar kemaluannya. Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’dy rahimahullah, ulama besar dari Saudi Arabia, pernah ditanya apakah seorang istri yang haid atau nifas berhak mendapat pembagian giliran atau tidak. Beliau rahimahullah menyatakan bahwa pendapat yang benar adalah bagi istri yang haid berhak mendapat giliran dan bagi istri yang sedang nifas tidak berhak mendapat giliran. Karena itulah yang berlaku dalam adat kebiasaan dan kebanyakan wanita di saat nifas sangat senang bila tidak mendapat giliran dari suaminya.

C. Tidak boleh keluar dari rumah istri yang mendapat giliran menuju rumah yang lain

Seorang suami tidak boleh keluar untuk menuju rumah istri yang lain yang bukan gilirannya pada malam hari kecuali keadaan darurat. Larangan ini disimpulkan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di rumah Aisyah Radhiyallahu 'Anha, tidak lama setelah beliau berbaring, beliau bangkit dan keluar rumah menuju kuburan Baqi sebagaimana diperintahkan oleh Jibril alaihi wa sallam. Aisyah Radhiyallahu 'Anha kemudian mengikuti beliau karena menduga bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam akan pergi ke rumah istri yang lain. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pulang dan mendapatkan Aisyah Radhiyallahu 'Anha dalam keadaan terengah-engah, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'Anha, “Apakah Engkau menyangka Allah dan Rasul-Nya akan berbuat tidak adil kepadamu?” Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menyatakan tidak dibolehkannya masuk rumah istri yang lain di malam hari kecuali darurat, misalnya si istri sedang sakit. Jika suami menginap di rumah istri yang bukan gilirannya tersebut, maka dia harus mengganti hak istri yang gilirannya diambil malam itu. Apabila tidak menginap, maka tidak perlu menggantinya. Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’dy rahimahullah pernah ditanya tentang hukum menginap di rumah salah satu dari istrinya yang tidak pada waktu gilirannya. Beliau rahimahullah menjawab bahwa dalam hal tersebut dikembalikan kepada ‘urf, yaitu kebiasaan yang dianggap wajar oleh daerah setempat. Jika mendatangi salah satu istri tidak pada waktu gilirannya, baik waktu siang atau malam tidak dianggap suatu kezaliman dan ketidakadilan, maka hal tersebut tidak apa-apa. Dalam hal tersebut, urf sebagai penentu karena masalah tersebut tidak ada dalilnya.

D. Batasan Malam Pertama

Setelah Pernikahan Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'Anhu bahwa termasuk sunnah bila seseorang menikah dengan gadis, suami menginap selama tujuh hari, jika menikah dengan janda, ia menginap selama tiga hari. Setelah itu barulah ia menggilir istri-istri yang lain. Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha mengkhabarkan bahwa ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menikahinya, beliau menginap bersamanya selama tiga hari dan beliau bersabda kepada Ummu Salamah, “Hal ini aku lakukan bukan sebagai penghinaan kepada keluargamu. Bila memang engkau mau, aku akan menginap bersamamu selama tujuh hari, namun aku pun akan menggilir istri-istriku yang lain selama tujuh hari.”

E. Wajib menyamakan nafkah

Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri-sendiri, hal ini berkonsekuensi bahwa mereka makan sendiri-sendiri, namun bila istri-istri tersebut ingin berkumpul untuk makan bersama dengan keridhaan mereka maka tidak apa-apa. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa bersikap adil dalam nafkah dan pakaian menurut pendapat yang kuat, merupakan suatu kewajiban bagi seorang suami. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu mengabarkan bahwa Ummu Sulaim mengutusnya menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan membawa kurma sebagai hadiah untuk beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Kemudian kurma tersebut untuk dibagi-bagikan kepada istri-istri beliau segenggam-segenggam. Bahkan ada keterangan yang dibawakan oleh Jarir bahwa ada seseorang yang berpoligami menyamakan nafkah untuk istri-istrinya sampai-sampai makanan atau gandum yang tidak bisa ditakar / ditimbang karena terlalu sedikit, beliau tetap membaginya tangan pertangan.

F. Undian ketika safar

Bila seorang suami hendak melakukan safar dan tidak membawa semua istrinya, maka ia harus mengundi untuk menentukan siapa yang akan menyertainya dalam safar tersebut. Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan bahwa kebiasaan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bila hendak safar, beliau mengundi di antara para istrinya, siapa yang akan diajak dalam safar tersebut. Imam Ibnu Qudamah menyatakan bahwa seoarang yang safar dan membawa semua istrinya atau menginggalkan semua istrinya, maka tidak memerlukan undian. Jika suami membawa lebih dari satu istrinya, maka ia harus menyamakan giliran sebagaimana ia menyamakan diantara mereka ketika tidak dalam keadaan safar.

G. Tidak wajib menyamakan cinta dan jima’ di antara para istri

Seorang suami tidak dibebankan kewajiban untuk menyamakan cinta dan jima’ di antara para istrinya. Yang wajib bagi dia memberikan giliran kepada istri-istrinya secara adil. Ayat “Dan kamu sekali-kali tiadak dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin demikian” ditafsirkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa manusia tidak akan sanggup bersikap adil di antara istri-istri dari seluruh segi. Sekalipun pembagian malam demi malam dapat terjadi, akan tetapi tetap saja ada perbedaan dalam rasa cinta, syahwat, dan jima’. Ayat ini turun pada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat mencintainya melebihi istri-istri yang lain. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata, “Ya Allah inilah pembagianku yang aku mampu, maka janganlah engkaucela aku pada apa yang Engkau miliki dan tidak aku miliki, yaitu hati.” Muhammad bin Sirrin pernah menanyakan ayat tersebut kepada Ubaidah, dan dijawab bahwa maksud surat An Nisaa’ ayat 29 tersebut dalam masalah cinta dan bersetubuh. Abu Bakar bin Arabiy menyatakan bahwa adil dalam masalah cinta diluar kesanggupan seseorang. Cinta merupakan anugerah dari Allah dan berada dalam tangan-Nya, begitu juga dengan bersetubuh, terkadang bergairah dengan istri yang satu namun terkadang tidak. Hal ini diperbolehkan asal bukan disengaja, sebab berada diluar kemampuan seseorang. Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan bahwa tidak wajib bagi suami untuk menyamakan cinta diantara istri-istrinya, karena cinta merupakan perkara yang tidak dapat dikuasai. Aisyah Radhiyallahu 'Anha merupakan istri yang paling dicintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dari sini dapat diambil pemahaman bahwa suami tidak wajib menyamakan para istri dalam masalah jima’ karena jima’ terjadi karena adanya cinta dan kecondongan. Dan perkara cinta berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Zat yang membolak-balikkan hati. Jika seorang suami meninggalkan jima’ karena tidak adanya pendorong ke arah sana, maka suami tersebut dimaafkan.

Menurut Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, bila dimungkinkan untuk menyamakan dalam masalah jima, maka hal tersebut lebih baik, utama, dan lebih mendekati sikap adil. Penulis Fiqh Sunnah menyarankan; meskipun demikian, hendaknya seoarang suami memenuhi kebutuhan jima istrinya sesuai kadar kemampuannya. Imam al Jashshaash rahimahullah dalam Ahkam Al Qur’an menyatakan bahwa, “Dijadikan sebagian hak istri adalah menyembunyikan perasaan lebih mencintai salah satu istri terhadap istri yang lain.” Saran Seorang suami yang hendak melakukan poligami hendaknya melihat kemampuan pada dirinya sendiri, jangan sampai pahala yang dinginkan ketika melakukan poligami malah berbalik dengan dosa dan kerugian. Dalam sebuah hadits disebutkan (yang artinya) “Barangsiapa yang mempunyai dua istri, lalu ia lebih condong kepada salah satunya dibandingkan dengan yang lain, maka pada hari Kiamat akan datang dalam keadaan salah satu pundaknya lumpuh miring sebelah.” (HR. Lima) Allahu A’lam; Semoga bermanfaat

Dibalik Kemilau Hiasanmu

Di Balik Kemilau HiasanmuMengenakan perhiasan bagi wanita merupakan sesuatu yang sangat lazim. Masalahnya, tak semua perhiasan yang jamak dikenal di masyarakat yang mencocoki syariat.

أَوَمَنْ يُنَشَّؤُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبْيِنٍ

"Apakah patut (menjadi anak Allah) orang (wanita) yang dibesarkan dalam keadaan beperhiasan, sedang dia tidak dapat memberi alasan yang jelas dalam pertengkaran." (Az-Zukhruf: 18) Kenyataan menunjukkan, wanita memang senang berhias sebagaimana firman Allah dalam ayat yang mulia di atas. Islam pun datang menetapkan aturan, mana perhiasan yang boleh dikenakan dan mana yang terlarang.

Untuk perhiasan pada wajah telah disinggung pada edisi sebelumnya. Bahasan kali ini merupakan kelanjutannya.Berbagai jenis dan bentuk perhiasanDibolehkan bagi wanita untuk memakai berbagai jenis perhiasan, baik yang terbuat dari emas, perak, mutiara atau yang lainnya. Sama saja apakah perhiasan itu diletakkan di telinga, tangan, ataupun kakinya. Hal ini bisa diketahui di antaranya dari hadits-hadits yang mulia berikut ini:Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma bertutur: “Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat mengimami manusia pada hari Iedul Fithri, kemudian beliau berkhutbah. Setelah itu beliau mendatangi tempat wanita untuk memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dalam keadaan beliau bersandar pada tangan Bilal. Beliau mendorong mereka untuk bersedekah. Bilal pun membentangkan bajunya untuk menadah sedekah tersebut.” Ibnu Juraij yang mendengar hadits ini dari 'Atha, rawi yang menyampaikan riwayat dari Jabir, bertanya: “Apakah yang mereka berikan itu zakat Iedul Fithri?”. “Bukan”, kata Atha. "Tetapi itu adalah sedekah mereka pada hari tersebut,” lanjutnya. "Para wanita itu melemparkan cincin-cincin mereka dan perhiasan lainnya sebagai sedekah." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 978 dan Muslim no. 885) Dalam riwayat Ibnu 'Abbas radhiallahu anhuma disebutkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ الْعِيْدِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهُما وَلاَ بَعْدَهُما, ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ فَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدقَةِ, فَجَعَلَتِ الْمَرْأَةُ تُلقِي قُرُطَهُنَّ.

“Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat Ied dua rakaat dan tidak melaksanakan shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita dengan ditemani Bilal. Maka beliau memerintahkan mereka untuk bersedekah. Mendengar anjuran tersebut, mulailah wanita yang hadir melemparkan anting-antingnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5883 dan Muslim no. 884)

'Aisyah radhiallahu anha pernah meminjam kalung milik saudara perempuannya, Asma bintu Abi Bakar, untuk berhias di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kalung ini kemudian jatuh dari 'Aisyah dalam satu safar (perjalanan)-nya bersama Rasulullah, dan dicari oleh para shahabat hingga mereka tertahan di tempat yang tidak ada air sementara mereka hendak shalat. Dari peristiwa ini, turun syariat tayammum dalam Al Qur’an surat Al-Maidah. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 336, 5882 dan Muslim no. 367)Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendapat hadiah dari raja Najasyi berupa perhiasan, di antaranya ada cincin emas bertahtakan batu permata Habasyi. Beliau mengambilnya kemudian memanggil cucunya Umamah putrinya Zainab. Lalu beliau berkata: "Berhiaslah dengan cincin ini wahai cucuku." (HR. Abu Dawud no. 3697, dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami'ush Shahih, 4/312)
Dalam kitab Shahih-nya, Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah membuat bab khusus yang berjudul "Cincin bagi wanita", dan beliau menyatakan bahwa 'Aisyah mengenakan cincin-cincin emas. (Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, 10/342)

Berkata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah: “Kaum wanita diperkenankan memakai sutera dan seluruh jenisnya, sebagaimana dibolehkan bagi mereka memakai cincin emas dan seluruh perhiasan dari emas, demikian pula dari perak. Sama saja apakah wanita itu sudah menikah atau belum, masih muda atau sudah tua, kaya ataupun miskin.” (Syarah Shahih Muslim, 14/32)

Beliau juga menyatakan bahwa kaum muslimin bersepakat tentang bolehnya wanita memakai cincin emas. (Syarah Shahih Muslim,14/65)Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (2/324) berkata: “Dibolehkan bagi wanita mengenakan perhiasan dari emas, perak dan permata dengan bentuk yang biasa mereka kenakan, misalnya gelang tangan, gelang kaki, anting-anting dan cincin. Termasuk pula perhiasan yang dikenakan di wajah-wajah mereka, di leher, di tangan, di kaki, di telinga mereka dan selainnya. Adapun perhiasan yang menurut kebiasaan mereka tidak lazim dipakai seperti sabuk dan semisalnya dari perhiasan laki-laki, maka diharamkan bagi wanita memakainya.”

Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa perhiasan emas dan perak boleh dipakai wanita dengan kesepakatan ulama. (Majmu' Fatawa, 25/64)Selain emas, perak dan batu-batu mulia seperti berlian dan lainnya, wanita dibolehkan pula memakai perhiasan dari mutiara (al-lu'lu'). Allah ta`ala berfirman:

وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْماً طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَا

"Dan dari masing-masing laut itu (yang airnya tawar maupun yang asin), kalian dapat memakan daging yang segar dan kalian dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kalian pakai." (Fathir: 12)

Ibnu Hazm berkata: "Tidak ada perhiasan yang dikeluarkan dari laut kecuali mutiara. Maka dari ayat Al Qur'an di atas, ada penetapan halalnya mutiara ini bagi lelaki maupun wanita." (Al-Muhalla, 9/246)Di jari mana diletakkan cincin?'Ali radhiallahu anhu berkata:

نَهاَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتَخَتَّمَ فِي إِصْبَعِي هَذِهِ أَوْ هَذِهِ. قَال: فَأَوْمَأَ ِإلىَ الْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِيْهَا

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarangku memakai cincin di jariku ini atau yang ini”, sambil mengisyaratkan jari tengah dan jari setelahnya (jari telunjuk). (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5874 dan Muslim no. 2078)Larangan yang disebutkan dalam hadits 'Ali di atas berlaku bagi laki-laki sementara bagi wanita tidak diterapkan larangan demikian, karena itu Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Kaum muslimin sepakat, sunnah bagi laki-laki mengenakan cincin di jari kelingkingnya sedangkan wanita boleh memakai cincin di seluruh jarinya (Syarah Shahih Muslim, 14/71)Melubangi daun telinga Dalam masalah kebolehan wanita melubangi daun telinganya untuk menggantungkan anting-anting, diperselisihkan oleh ulama.

Dalam Ash-Shahihain disebutkan, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menekankan para wanita untuk bersedekah, ada di antara mereka yang menyedekahkan anting-antingnya . Hadits ini cukuplah sebagai dalil tentang bolehnya wanita memakai anting-anting. Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “Dibolehkan melubangi daun telinga anak perempuan dalam rangka berhias, demikian dinyatakan oleh Al-Imam Ahmad. Sedangkan untuk anak laki-laki beliau membencinya. Perbedaan keduanya adalah perempuan butuh akan perhiasan sehingga ada kemaslahatan melubangi daun telinganya. Berbeda halnya dengan anak laki-laki".

Beliau juga menyatakan bila ada yang berkata: Allah subhanahu wa ta'ala mengabarkan tentang musuhnya Iblis yang pernah menyatakan:

وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ اْلأَنْعَامِ

"Dan sungguh aku akan memerintahkan mereka hingga mereka benar-benar akan memotong telinga-telinga hewan ternak mereka." (An-Nisa: 119)Ini menunjukkan bahwa memotong telinga, membelah dan melubanginya merupakan perintah setan. Maka dijawab, bahwa qiyas ini termasuk qiyas yang paling rusak. Karena mereka yang diperintah oleh setan untuk memotong telinga hewan mereka dengan ketentuan bila seekor unta betina telah beranak sebanyak lima kali, kemudian bunting lagi untuk ke-6 kalinya dan ternyata yang lahir adalah jantan, merekapun membelah telinga unta betina tersebut.

Dan mereka juga mengharamkan untuk ditunggangi serta diambil manfaatnya, tidak boleh dihalau dari sumber air yang sedang diminumnya, tidak pula dari tanaman. Mereka mengistilahkannya dengan bahirah. Setan mensyariatkan untuk mereka dengan satu syariat dari sisinya. Jika demikian, bagaimana bisa dibandingkan dengan perbuatan melubangi daun telinga anak perempuan untuk diletakkan perhiasan yang dibolehkan oleh Allah? Adapun melubangi telinga anak laki-laki maka tidak ada kemaslahatan padanya, baik dari sisi agama maupun dunia, karena itu tidaklah diperkenankan." (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, hal. 178-179)

Minyak wangiWangi yang semerbak memberi nuansa tersendiri, melapangkan dada, dan menyenangkan hati. Sehingga wajar bila setiap insan menyukainya, termasuk Rasul kita yang mulia shallallahu 'alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجَعَلَ قُرَّةَ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ

"Wanita dan minyak wangi dijadikan sebagai kecintaanku dari dunia ini dan shalat dijadikan sebagai penyejuk mataku." (HR. Ahmad, 3/128. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 1/82)Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri tidak pernah menolak bila diberikan wewangian (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5929). Beliau menyatakan kepada shahabatnya:

مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ رَيْحَانٌ فَلاَ يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ خَفِيْفُ الْمَحْمَلِ طَيِّبُ الرِّيْحِ

"Siapa yang ditawari raihan (minyak wangi) maka janganlah ia menolak, karena raihan ini ringan dibawa dan aromanya wangi." (Shahih, HR. Muslim no. 2253)Hadits ini menunjukkan dimakruhkannya menolak tawaran berupa minyak wangi terkecuali bila seseorang memiliki udzur hingga ia terpaksa menolaknya, demikian dinyatakan Al-Imam An-Nawawi rahimahullah. (Syarah Shahih Muslim, 15/10)Seorang shahabat dari kalangan Anshar mengabarkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثٌ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ: الْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالسِّوَاكُ وَيَمُسُّ مِنْ طِيْبٍ إِنْ وَجَدَ

"Tiga perkara yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim yaitu mandi pada hari Jum`at, bersiwak, dan menyentuh (memakai) winyak wangi jika didapatkan." (HR. Ahmad 4/34, dishahihkan Syaikh Muqbil dalam Al Jami`ush Shahih, 4/309) Seorang wanita juga disukai untuk selalu menebarkan keharuman dari tubuhnya di hadapan sang suami. Sehingga sepantasnya kalau ia selalu memakai minyak wangi atau yang semisalnya dari wewangian yang diperkenankan. Adapun perbedaan antara minyak wangi laki-laki dengan minyak wangi wanita, disebutkan beritanya dari Anas radhiallahu 'anhu. Ia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku:

إِنَّ طِيْبَ الرِّجَالِ مَا ظَهَرَ رِيْحُهُ وَخَفِيَ لَوْنُهُ وَطِيْبُ النِّسَاءِ مَا ظَهَرَ لَوْنُهُ وَخَفِيَ رِيْحُهُ

"Minyak wangi laki-laki adalah yang tercium jelas baunya dan tidak tampak (samar) warnanya. Sedangkan minyak wangi wanita adalah yang tampak warnanya dan tersembunyi baunya." (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar, 3/376, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami`ush Shahih, 4/308)Berkata Al-Munawi rahimahullah dalam Faidhul Qadir (3/284): "Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

طِيْبُ النِّسَاءِ مَا ظَهَرَ لَوْنُهُ وَخَفِيَ رِيْحُهُ

yaitu tampak warnanya dan tersembunyi baunya dari laki-laki yang bukan mahram, seperti za'faran." Berkata Al-Baghawi dalam karyanya Syarhus Sunnah: "Sa'ad menyatakan: 'Aku berpandangan, mereka membawa pengertian sabda Nabi (طِيْبُ النِّسَاءِ)
ini apabila si wanita hendak keluar rumah. Adapun bila ia berada di sisi suaminya maka ia boleh memakai minyak wangi/ wewangian apa saja yang diinginkan." Dalam syariat yang mulia ini, diharamkan bagi wanita bila tercium wanginya oleh laki-laki selain mahramnya. Bahkan wanita yang memakai wewangian kemudian sengaja melewati sekelompok lelaki yang bukan mahramnya dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai wanita pezina.

كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ. وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا

"Setiap mata itu berzina . Bila seorang wanita memakai wewangian kemudian ia melewati majelis laki-laki (yang bukan mahramnya) maka wanita itu begini dan begitu." (HR. At-Tirmidzi no. 2937, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, no. 2237)
Dalam riwayat Ahmad (4/414) disebutkan:

"Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian ia melewati satu kaum agar mereka mencium wanginya, maka wanita itu pezina." (Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami'ush Shahih, 4/311) Mengapa si wanita disebut demikian? Karena ia mengobarkan syahwat lelaki dengan aroma yang berasal dari wewangian yang dipakainya. Sehingga mereka terpancing untuk memandangnya. Bila demikian, si lelaki menjadi berzina dengan kedua matanya dan si wanitalah penyebabnya, maka ia berdosa. Demikian kata Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi (8/58). Karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang wanita yang ingin ikut shalat berjamaah di masjid untuk memakai minyak wangi sebagaimana sabdanya:

إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ الْعِشَاءَ فَلاَ تَطَيَّبْ تِلْكَ اللَّيْلَةََََََ

“Apabila salah seorang dari kalian (para wanita) ingin ikut shalat 'Isya berjamaah (di masjid), maka janganlah ia memakai minyak wangi pada malam itu.” (Shahih, HR. Muslim no. 443)
Pun beliau melarang wanita yang terlanjur memakai wewangian untuk hadir dalam shalat berjamaah di masjid.

أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُوْرًا فَلاَ تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الآخِرَةَ

“Wanita siapa saja yang memakai wewangian maka jangan ia hadir bersama kami dalam shalat 'Isya.” (Shahih, HR. Muslim no. 444) Semua aturan yang agung ini ditetapkan untuk menutup pintu fitnah, agar kaum lelaki tidak terfitnah dengan wanita dan demikian juga sebaliknya.
Demikian apa yang dapat kami susun untuk pembaca, semoga Allah menjadikannya bermanfaat. Wallahu ta`ala a`lam bish-shawab.

Generasi Keledai

ARDATH makin popular di kalangan remaja. Bukan merk rokok, tapi akronim 'Aku rela ditiduri asal tidak hamil.'Setiap orang - terlebih remajanya - memang mesti gaul. Sebab kita adalah 'mahluk gaul'. Dalam istilah sosiologi, Aristoteles menyebutnya zoon politicon. Meskipun secara bahasa, kamu-kamu juga pasti ada yang tahu kalau zoon politicon itu sebetulnya lebih tepat diartikan sebagai 'hewan gaul' daripada 'mahluk gaul'.Apa pun istilahnya, yang penting kita jangan seperti hewan dalam bergaul. Iya kan?

Sebab, menurut Plato manusia memiliki jiwa rohaniah yang tidak dimiliki hewan (Gerungan, 1996 : 5). Jiwa rohaniah berfungsi untuk menemukan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan ini. Sedangkan Imam Al Ghazali mengatakan, pengetahuan manusia tentang kebenaran tergantung sepenuhnya pada sesuatu yang berada di luar akal manusia. Yaitu sesuatu yang lebih tinggi daripada akal. Dalilnya adalah firman Allah, "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu (Allah SWT), maka janganiah kamu termasuk orang-orang yang ragu." (QS. Al Baqarah : 147)Hati-hati

Bergaul Intinya, kita kudu hati-hati dalam bergaul. Tidak setiap gaul itu baik. Jangan lantaran takut disebut kuper atau nggak gaul, kita lalu kebablasan. Sebab, ada saja yang terjerumus ke hal-hal negatif bahkan menyesatkan gara-gara salah gaul. Entah karena faktor ikut-ikutan (imitasi), kena pengaruh (sugesti), keliru mengidentifikasi, atau karena faktor lainnya.Oleh karena itu, ungkap L.Kohlberg, alasan moral (moral reasoning) harus senantiasa melandasi setiap sikap dan perilaku.

Lewat penalaran moral, termasuk di dalamnya pertimbangan nilai-nilai agama, seseorang akan berpikir positif untuk menentukan pilihan yang terbaik.Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu pergaulan, maka secara garis besar ada gaul yang islami, ada juga gaul yang tidak islami. Gaul yang tidak islami itu bisa berbau jahiliah, musyrik, ateis, dan 'bau-bau' lainnya - emangnya enak jadi orang 'bau', iya nggak!Celakanya lagi, meniru-niru gaul yang tidak islami, kita pun bisa digolongkan seperti mereka. Kan hadis Nabi SAW menyatakan, "Jika seseorang meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." Bisa gawat, dong.NgetrenTren, atau ngetren telah menjadi bagian dari gaul yang sarat imitasi, terutama peniruan nilai-nilai budaya Barat.

Mengikuti tren tertentu dianggap gengsi, sehingga tren jadi ukuran dalarn bergaul, berikut segala perilaku dan penampilan yang menyertainya. Mulai dari gaya berbusana (fesyen), gaya bersenang-senang (fun), hingga perilaku makah-minurn (food). Untuk mudahnya, sebut saja Tiga F'.Repotnya, karena dicekoki tren, seringkali membuat orang lepas dari etika, moral, bahkan lepas dari nilai-nilai agama. Tren dalam fesyen, misalnya, kalau nggak ketat, ya transparan atau buka-bukaan mengekspose aurat (terutama aurat perempuan), padahal memperlihatkan aurat dalam agama kita dianggap sudah ketinggalan zaman karena yang begitu itu adalah 'gaya hidup primitif, kalau tidak hendak dikatakan, maaf, tradisi bina plus...tang. Jelas kan, mana yang sejatinya kuno mana yang modern."....Sesungguhnya perempuan itu, apabila sudah baligh, tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan 'ini' dan 'ini'," kata Nabi kita sembari menunjuk muka dan teiapak tangannya.. (HR. Abu Daud)Masih banyak hadis lain, tapi itu saja dulu lah.Ada pula tren cowok meniru busana cewek, cewek meniru busana laki-laki. Katanya, unisex. Inipun jelas-jelas kebli-nger. Kata Nabi, "Laknat Allah kepada iaki-laki yang meniru perempuan, dan perempuan yang meniru laki-laki." (HR. Bukhari)Kita beralih ke soal fun. Paling banyak ditandai pacaran, pergi ke (atau mangkal di) tempat-tempat hiburan. Pacaran sekarang cenderung mengarah pada zina (ngeseks), sedangkan di tempat-tempat hiburan seringkali terjadi ngedrink, nge-drug, dan ngegambling.

Jadi sudah sangat jelas penyimpangannya dari moral atau nilai-nilai agama.Allah memperingatkan, "Kalian telah terlena oleh melimpahnya kesenangan, sehingga tibalah saatnya kalian di tepi jurang." (QS At Takatsur : 1-2)"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat..." (QS Al Baqarah : 212)PacaranDari pacaran yang dikira bagian dari 'gaji!', timbullah gejala sosial di kalangan rernaja. Nggak peduli di kota ataupun di desa.

Orang yang tidak senang pacaran dianggap tidak laku, tidak gaul, atau kuper. Walah, walaaah.... Ada-ada saja, ya !Salah satu gejala negatifnya ialah adanya berbagai perilaku yang menjadikan pacar sebagai suatu kebanggaan pergaulan. Ada semacam ajang pamer pacar. Entah di sekolah, di kampus, di mall, di tempat hiburan, di pesta atau di tempat lainnya."Gimana Bob! Kece nggak cewek gua," bisik Coy pada temannya. "Boleh juga. Trus, gimana dengan cewek gua," balik si Bob, juga berbisik."Kalau wajah, jelas kalah sama cewek gua. Tapi soal bodi, gua akuin deh, cewek lu lebih bahenol."Walah! Pacar itu barang, kali !?Karena pacaran dianggap 'gaul', dan untuk mendapatkan pengakuan sebagai 'anak gaul', banyak remaja yang belum punya pacar cepat-cepat nyari pacar.

Lingkungan gaulnya pun ngumpul bareng bersama pacar.Sekolah atau kampus menjadi ajang pacaran. Sepulang sekolah atau kuliah, kembali pacaran. Bahkan pada saat-saat lainnya, ada agenda wakuncar, apel mingguan, dan seterusnya. Begitu banyak waktu tersita untuk pacaran, menyebabkan pelajaran, kuliah dan hal-hal penting lainnya menjadi terabaikan. Padahal dana untuk pacaran diperoleh dari hasil 'unik' (usaha nipu kolot = orang tua). Sebab umumnya mereka belum bisa cari duit sendiri.Premarital sexYang lebih gawat dan bikin repot keluarga adalah sinyalemen Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, bahwa pacaran mengarah atau mendorong terjadinya hubungan seks di luar nikah (premarital sex), membuat kepribadian remaja menjadi labil, pelajaran terganggu karena konsentrasi sering terhambat oleh lamunan atau khayalan sex (Singgih, 1993:94) Apalagi, bila premarital sex itu menyebabkan kehamilan. Nah, lho !Seks di luar nikah merupakan kegagalan seorang remaja mengendalikan diri sehingga menjadi budak hawa nafsu birahi, budak setan.

Meskipun dalihnya, 'atas nama cinta'. Gombal!Kehamilan di kalangan remaja putri, ternyata bukan cerita baru. Menurut data dr Biran Afandi di Jakarta, selama 1987 saja sudah terdapat 284 remaja putri yang hamil di luar nikah. (Assalam, Oktober 2002). Tuh, kan?Belakangan, remaja sekarang katanya makin 'pinter'. Tapi, pinter yang keblinger. Mereka sudah mengenal aiat-alat kontrasepsi, seperti kondom, pil dan suntik anti kehamilan, termasuk hubungan seks dengan cara rythm method (pantang berkala). "Biar nggak hamil," katanya. Begitulah kalau sudah berprinsip ARDATH: Aku Rela Ditiduri Asal Tidak Hamil. Trus, biar asal tidak dosa-nya, gimana ?Simak dong firman Allah, "Dan janganlah kamu dekati zina (mengarah ke berbuat zina, seperti berpandang-pandangan, berdua-duaan, bergandengan, dan seterusnya), sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk." (QS Al Isra : 32)Antara enak dan halal.Setelah fesyen dan fun, maka F yang ketiga adalah food (makanan-minuman). Ternyata masih ada saja remaja kita rnerasa bahwa makan di KFC, Pizza Hut, Wendys, McDonald, dan fast food ala Barat lainnya, merupakan tren dan bergengsi, tanpa mempedulikan kehalalannya.

Sedangkan makan di warteg dianggapnya, yaa...kampungan lah.Betapa noraknya kita ! Di Amrik, tempat-tempat makan seperti itu masuk kategori rendahan. Apalagi menurut ahli gizi di Amerika sendiri, ada fast food atau makanan ala Amrik yang dianggap garbage food, alias 'makanan sampah’. Sebab, kandungan gizinya sangat tidak sesuai dengan standar gizi yang sehat untuk tubuh.Boleh-boleh saja kita menikmati jenis makanan-minuman yang 'bermerek dunia'. Namun sebagai muslim, kita tetap harus memperhatikan halal-haramnya.

Lebih baik kita makan ala kadarnya tapi lengkap unsur gizi, protein dan seratnya serta jelas kehalalannya, tidak subhat.Ingat, Allah telah mengingatkan kita, "...Makanlah sebagian dari makanan yang ada di bumi yang halal dan baik - halalan thayyiban - dan jangan ikuti perilaku setan, karena setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al Baqarah ; 168)Nah, remaja muslim tinggal memilih mau jadi "generasi rabbani' sesuai tuntunan Ilahi, atau mau jadi 'generasi keledai' seperti disebut dalam Al Quran surah Al Jumu'ah ayat 5, "...ibarat keledai.... Itulah seburuk-buruk perumpamaan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim."

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi.

Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil? Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga.

Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri. Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi" calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan. Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini. Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita.

Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga. Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk berletih-letih membina keluarga.

Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan? Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286). Di balik fenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT. Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada. Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?

Kenapa kau tutup matamu ketika tidur?

Kenapa kamu menutup mata ketika kamu tidur? Kenapa Kamu menutup mata ketika kamu menangis? Kenapa Kamu menutup mata Ketika kamu membayangkan?

Ini karena hal yang terindah di dunia TIDAK TERLIHAT, Sayang… Kamu Aneh… dan Aku Aneh… Kita semua yang hidup itu aneh … dan semakin banyak kamu berfikir kamu akan semakin menemukan keanehan itu, Dan ketika kamu menemukan seseorang yang terasa aneh seiring sejalan dengan kamu, kamu telah menemukan sesuatu yang aneh pula… ya keanehan yang membuat kamu terus bertanya, yang dinamakan CINTA

Ada hal-hal yang tidak ingin kamu lepaskan Sayang … Dan orang-orang yang tidak ingin kamu tinggalkan …Tapi ingatlah … melepaskannya BUKAN akhir dari dunia… melainkan awal suatu kehidupan baru

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang… terluka, merana dan entah apa lagi sebutan untuk semua keanehan itu

Mereka dan diantaranya kamu mencari dan terus mencari keanehan itu … dan mereka diantaranya kamu telah mencoba … karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka … CINTA SEJATI itu milik DIA yang MAHA AGUNG.

Adalah ketika DIA memberi ampun dan MASIH mau peduli terhadap kamu …berarti Dia mencintaimu, maka CINTA Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.


Ilustrasi: Tidur /Karawangpost/Ketut Subiyanto/Pexels
Adalah ketika kamu tidak mempedulikan – NYA dan DIA Masih menunggumu menghadapnya dengan setia … sangat setia, maka CINTA Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Adalah ketika kamu mulai mencintai yang lain dan melupakan DIA dan DIA masih bisa tersenyum sembari tetap menyapamu setiap lima waktu bertanda DIA sayang banget padamu Dan CINTAnya bisa kamu jadikan teladan bagaimana kamu mencintai kehidupan dan segala yang berhubunganmu.

Apabila cinta tidak berhasil … DIA tidak apa-apa, DIA BEBAS, DIA Biarkan kembali melebarkan kasih sayangnya pada yang lain.

Ingatlah … bahwa Kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya tapi … ketika cinta itu mati … kamu TIDAK perlu mati bersamanya … seperti RABmu yang tetap mencintai walaupun tidak diperdulikan dan di duakan.

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh Entah bagaimana … dalam perjalanan kehidupan, kamu harus banyak belajar tentang CINTA SEJATI – NYA …dan sadarilah bahwa penyesalan tidak seharusnya ada, HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan dalam kehidupan yang telah DIA buat, dan TEMAN SEJATI akan selalu Mengerti ketika kamu berkata ‘Aku lupa …’ maka DIA tidak lupa bahkan selalu menunggu kapan kamu kembali kepada-NYA.

Maka Cinta Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

Dia tetap menunggu selamanya ketika kamu berkata ‘Tunggu sebentar’Dia Tetap tinggal ketika kamu berkata ‘Tinggalkan aku sendiri…’Membuka pintu, meski kamu BELUM mengetuk dan berkata ‘Bolehkan saya masuk?

‘MENCINTAI ….BUKANlah bagaimana kamu melupakan … melainkan bagaimana kamu seperti DIA sekali lagi seperti DIA yang mencintai kamu. MEMAAFKAN… BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan … melainkan bagaimana kamu seperti Dia.

“sekali lagi seperti DIA yang tetap mendengar curhatmu”

MENGERTI… BUKANlah apa yang kamu lihat … melainkan apa yang kamu rasakan sebagaimana DIA sangat merasakan beban penderitaan dan ikut meringankan beban itu.

MERASAKAN… BUKANlah bagaimana kamu melepaskan … melainkan bagaimana kamu bertahan, sebagaimana DIA tetap bertahan untuk selalu bersabar agar tidak menghukummu.

BERTAHAN… Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati dibandingkan menangis tersedu sedan. Air mata yang keluar dapat dihapus… sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang.

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang Sayang, Tapi ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah, kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang LEBIH dari dirimu sendiri sebagaimana DIA mencintaimu. Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang BUKAN karena orang berhenti mencintai kita, MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

sekali lagi bukan kah seperti sifat cinta-Nya kepada kita ? Apabila kamu benar-banar mencintai saudaramu, jangan lepaskan dia

Dan jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai MELAINKAN BERJUANGLAH demi cintamu Itulah CINTA SEJATI sebagaimana Cinta- Nya kepadamu Sayang.

Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama orang yang ‘tersedia’. Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai DARIPADA orang yang berada disekelilingmu, bukan begitu Sayang ?

Lebih baik menunggu orang yang tepat karena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang dengan hanya dengan ‘seseorang’. Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu dan kadang kala teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.

Berikut pesanku tentang cinta sejati…

Dari bibir Penyair Musafir untukmu para Lelana Brata yang selalu bercita bertemu dengan cinta sejati, sesungguhnya dari sifat-sifat-NYA kamu dapat menemukan makna cinta sejati itu.

CINTA SEJATI DIA cinta padamu Sejak pertama Dia menciptakanmu.

Diam menghuni relung hati DIA tak pernah perduli, walau kamu tak peduli. Cinta yang tak selamanya bersatu.

DIA yang telah lama mencintaimu Kau palingkan wajah dari – NYA

Cinta sejati tak akan pernah mati, selalu akan menjadi perhiasan bagi para PECINTA SEJATI.

Ketulusan cinta – NYA, jalan hidup telah membuatmu Harus senantiasa bersama, Lewati segala suka duka Tiada cinta, bicara Cinta sejati tak akan pernah mati, Selalu akan menjadi perhiasan Bagi Ketulusan cinta ini, Dan kau selalu hanya diam membisu Meskipun engkau tahu Betapa dalam cintaku.

gsuu

Ketika dalam ' Penantian '

Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang Sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata, semoga kamu memimpikan orang seperti ituKetika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakkanTetapi acapkali kita terpaku terutama pada pintu yang tertutup,Sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk kitaSungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya

Tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannyaSemoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat. Kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi.Pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagiaAwal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkanJika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dirinya.

Cinta adalah jika kamuKehilangan rasaGairah, RomantikaDan masih tetap perduli padanyaHal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dam mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencobaKarena hanya mereka itulah yang menghargai pentinganya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.!!!Cinta dimulai dengan sebuah senyumanDan berakhir dengan sebuah tetesan airmataHanya perlu waktu semenit untuk menaksir seseorangSejam untuk menyukai seseorangSehari untuk mencintai seseorangTetapiDiperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorangBermimpilah tentang apa yang kamu impikanPergilah ketempat-tempat kamu ingin pergiJadilah seperti yang kamu inginkanKarena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkanPandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain.Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang lain pula.

Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnyaJangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnahTertariklah kepada seseorang yang dapat membuatnya tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya

Kiat memulai hidup rumah tangga

Kesalahpahaman, ketidaksesuaian, pertentangan dan pergesekan lain sering terjadi pada keluarga muda. Wajar, karena masing-masing berlatar belakang berbeda. Bagaimana menyelesaikannya?

1. Kenali Keluarga Itulah sebabnya jauh sebelum seorang pemuda berniat mengawini muslimah, Rasulullah berpesan untuk mempelajari bentuk asal usul calon pasangan hidup. Mengenal pribadi-pribadi dalam keluarga si calon, mengenal cara hidup, prinsip hidup, dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mentradisi dalam keluarga itu. Bisa jadi, pengenalan terhadap keluarga ini jauh lebih penting daripada kenal terhadap calon pasangan itu sendiri! Tidak percaya? Ibnu Majah dan Ad-Dhailami meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Pilihlah untuk air mani kamu sekalian, karena sesungguhnya keturunan itu kuat pengaruhnya." Begitu juga Ibnu Adi dan Ibnu Syakir telah meriwayatkan dari Aisyah secara marfu' tentang hadits Rasulullah : "Pilihlah untuk air mani kamu sekalian. Karena sesungguhnya wanita-wanita itu melahirkan orang-orang yang menyerupai saudara laki-laki dan perempuan mereka". Keluarga, bagi setiap orang adalah lingkungan khusus yang punya ciri khas tersendiri.

Ini menyebabkan para anggota keluarga mempunyai kesatuan emosional yang kuat dan jadilah keluarga sebagai sebuah kelompok yang menyenangkan. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalamnya bisa tetap berakar hingga akhir hayat. Betapa kuat pengaruh lingkungan keluarga, pernah diselidiki oleh para ahli terhadap sebuah keluarga yang punya kebiasaan berbuat jahat, mulai berjudi, mencuri dan merampok. Ternyata sampai tujuh generasi berikutnya, sebagaian besar anggota keluarga mewarisi kebiasaan buruk tersebut. Rata-rata mereka menjadi pejudi,ada yang meneruskan profesi sebagai pencuri dan rampok. Seorang yang berasal dari keluarga cukup, tentunya terbiasa hidup serba bersih. Ibarat tak ada sehelai rambut pun yang belum tersapu setiap hari di rumahnya. Tak sesudut ruangan pun yang ditata tanpa cita rasa seni. Orang yang seperti ini bisa muntah karena bau kamar mandi yang kehabisan kapur barus, atau ia segera menjadi tak kerasan bila keadaan rumah berantakan. Sebaliknya, orang yang dibesarkan dalam rumah kecil dengan kehidupan sederhana, sudah terbiasa dengan tali jemuran malang melintang di dalam rumah dengan bau baju yang pengap karena hari hujan. Pakaian pun ditumpuk sekedarnya, karena tak memiliki lemari yang cukup untuk menyimpan pakaian sembilan orang anggota keluarga. Orang dengan kebiasaan hidup seperti ini seringkali tak lagi bisa menghargai keindahan. Bagi mereka, rumah yang bersih dan menawarkan keindahan adalah mubazir. Yang penting rumah bisa berlindung, tempat makan, tidur, itu sudah cukup. Kedua golongan ini akan mempunyai banyak masalah jika bertemu dan menjadi pasangan hidup. Masalah-masalah sepele, tapi karena telah terjadi hampir setiap hari, bisa menjadi besar.

2. Bekas yang hilang
Selain kebiasaan umum yang berlaku dalam sebuah keluarga, ada juga hal-hal khusus yang dialami seseorang di masa kecil yang turut menentukan perkembangan wataknya. Satu missal tentang kedudukannya dalam anggota keluarga. Seorang anak perempuan di antara enam bersaudara kandung laki-laki mungkin akan tumbuh gadis tomboy yang kasar. S i anak sulung tumbuh menjadi orang yang terbiasa kerja keras, misalnya, sementara si bungsu bisa jadi terbiasa dilayani. Ada juga peristiwa-peristiwa khusus yang menimbulkan pengaruh besar atau bahkan trauma, sehingga membekaskan satu sifat khas, ada istri yang sulit untuk bisa mempercayai suaminya. Segala tindakan suami ditanggapi penuh kecurigaan dan prasangka buruk. Ternyata istri ini mempunyai pengalaman buruk terhadap ayahnya di masa kecil. Sebelum kedua orang tuanya bercerai, selama bertahun-tahun ia menyaksikan bagaimana ayahnya sering marah-marah, menampar, memukul ibu di depan matanya, hanya karena persoalan-persoalan kecil. Seorang anak yang menderita sakit parah hingga bertahun-tahun di masa kecil, menjadi terbiasa dilindungi dan dilayani oleh kakak-kakak dan orang tuanya. Ketika dewasa ia tetap meminta hampir setiap or ang untuk melayani dan menyenangkan dirinya. Ia tumbuh menjadi orang yang tak mau tahu perasaaan orang lain.

3. Saling pengertian
Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ini adalah prinsip utama dalam hidup bersuami istri. Saling memahami kekurangan masing-masing, saling tenggang rasa dan penuh pengertian, tidak membesar-besarkan kekurangan pasangan hidupnya. Sebaliknya, berusaha memahami dan menutup mata terhadap kekurangan teman hidup itu, sambil terus mencari-cari kelebihannya, memperhatikan dan memikirkan segi-segi baiknya. Janganlah terlalu menuntut suami atau istri untuk mau mengubah sifat dan kebiasaan hidupnya. Apalagi jika sifat dan kebiasaan itu bentukan dari keluarga semenjak masa kecil. Dapat diibaratkan dengan sebuah revolusi besar dan butuh proses amat panjang. Kunci penting lainnya dalam masalah ini adalah keterbukaan antara suami dan istri. Suami harus tahu sifat-sifat mana saja darinya yang tak disukai istri. Begitu juga sebaiknya, jangan sampai ada ketidaksenangan yang mengganjal di hati. Selanjutnya, saling memahami dan mau mengerti kekurangan masing-masing. Lebih baik lagi jika ada keinginan untuk mau sedikit menyesuaikan diri. Mengharap memperoleh pasangan yang sempurna tidaklah mungkin ada.

Mencari yang sesuai sifat dan kebiasaan pun teramat sulit. Jauh lebih penting mencari pasangan yang seide, seaqidah, karena di sanalah pokok dari segala permasalahan. Jika pokoknya sudah sama, persoalan-persoalan selanjutnya bisalah diatasi. Tapi jika pokoknya saja sudah bertentangan, ikatan kebahagiaan mudah sekali goyah. Nasihat terakhir bagi segenap insan yang telah menikah, kesiapan anda untuk berkerluarga sama artinya dengan kesiapan untuk berkorban, lebih mementingkan kepentingan keluarga baru daripada kepentingan pribadi. Bersiaplah untuk mengubah diri, sifat, dan kebiasaan lama, untuk disesuaikan dengan kebutuhan keluarga baru anda. Kemudian bersama istri dan anak-anak, menentukan sebuah langkah baru, sifat, dan kebiasaan kekeluargaan yang islami

Mengenal kecerdasan Emosional Remaja

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi.

Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya.Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

Apa Sih Kecerdasan Emosional

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

Memotivasi diri

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

Membina hubungan dengan orang lain

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut diatas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif. Dengan demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga mengurangi hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan remaja dan bangsa ini.

Nasib Anak Cerdas di Indonesia

Oleh IIK NURULPAIK

SEBUAH berita ringan mancanegara di salah satu televisi swasta nasional beberapa waktu lalu sungguh sangat mengagumkan. Berita tersebut mengisahkan seorang anak kecil berusia 7 tahun, Alex Mortgail, asal Bremen, Jerman, memiliki IQ yang sangat cemerlang. Dalam usia 2,8 tahun, dia sudah lancar membaca dan menulis. Setiap harinya tak terlewatkan membaca berbagai karya sastra untuk anak, juga "melahap" habis sejumlah jurnal ilmiah, berbagai berita koran maupun berita melalui teknologi informasi. Pendek kata ia tidak pernah melewatkan berbagai informasi yang ia peroleh dari berbagai sumber.

Orang tua Mortgail sempat merasa khawatir dengan kecerdasan otak anaknya itu. Kecerdasannya telah menyebabkan perilakunya "menyimpang" karena menjadi sangat berbeda dengan anak-anak lain sebayanya. Mortgail hampir setiap harinya hanya mengisi waktunya dengan membaca, menulis, dan "bergaul" dengan teknologi informasi. Ketika memasuki usia 5 tahun, Mortgail sudah bisa menguasai tiga bahasa dunia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan tentu saja bahasa Jerman. Di sekolahnya, berbagai bentuk soal hitungan matematika, fisika, dan kimia dapat dijawabnya dalam waktu singkat.

Melihat kecerdasan yang luar biasa pada diri Mortgail, kepala sekolahnya merekomendasikan murid istimewa itu untuk langsung belajar di perguruan tinggi tanpa mengikuti sekolah tingkat menengah. Setelah di universitas, dengan melihat keistimewaan Mortgail, rektor universitas tempat Mortgail kuliah segera mendaftarkan anak itu ke lembaga pemerintah yang secara khusus menangani anak berbakat. Berkat keistimewaan yang dimilikinya, Mortgail dinyatakan sebagai "anak negara". Beberapa tahun kemudian, ketika ia berusia 10 tahun, si anak ajaib itu, muncul di jaringan televisi Jerman untuk melakukan debat ilmiah dengan sejumlah profesor. Itulah kisah Mortgail si bocah ajaib, luar biasa.

Apakah kecerdasan itu?

Pada tahun 1904, Menteri Pendidikan Prancis di Paris meminta psikolog Prancis kala itu, Alpred Binet, dan sekelompok psikolog mengembangkan suatu alat untuk menentukan siswa SD mana yang "berisiko" mengalami kegagalan, agar mereka dapat diberi perhatian khusus. Kerja keras mereka akhirnya membuahkan tes kecerdasan yang pertama. Dalam perkembangannya kecerdasan tersebut diukur secara objektif dan dapat dinyatakan dalam satu angka atau nilai "IQ". Hampir setelah 80 tahun berselang dikembangkannya tes kecerdasan yang pertama tersebut, psikolog Harvard, Howard Gardner, mempersoalkan pengertian kecerdasan. Dia mengatakan bahwa penafsiran kecerdasan di masyarakat awam terlalu sempit. Kemudian ia menulis sebuah buku yang berjudul "Frames of Mind: the Theory of Multiple Intelligences".

Dalam bukunya itu Gardner mengemukakan sekurang-kurangnya ada delapan kecerdasan dasar manusia. Delapan kecerdasan dasar manusia menurut Gardner tersebut adalah,

(1) Kecerdasan linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis misalnya, pendongeng, orator atau politikus, sastrawan, penulis drama, editor, wartawan;

(2) Kecerdasan matematis-logis. Kemampuan menggunakan angka dengan baik misalnya, ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik, ahli logika;

(3) Kecerdasan spasial. Kemampuan memersepsi dan mentransformasikan dunia spasial-visual secara akurat misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu, dekorator interior, arsitek, seniman atau penemu;

(4) Kecerdasan kinestetis-jasmani. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide, perasaan, misalnya, sebagai aktor, pemain pantomim, atlet atau penari, perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah;

(5) Kecerdasan musikal. Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara memersepsi misalnya, sebagai penikmat musik, kritikus musik, komposer, penyanyi;

(6) Kecerdasan interpersonal. Kemampuan mempersepsi, membedakan dan peka terhadap suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain;

(7) Kecerdasan intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri secara akurat (kekuatan dan keterbatasan diri);

(8) Kecerdasan naturalis. Keahlian mengenali dan mengategorikan species -- flora dan fauna -- di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya misalnya, formasi awan dan gunung-gunung.

Bagaimana dengan nasib anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa di Indonesia? Sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap kelompok anak yang memiliki keistimewaan kecerdasan belum begitu menggembirakan. Di Indonesia belum ada lembaga yang secara khusus menaruh perhatian terhadap anak-anak yang memiliki potensi kecerdasan luar biasa seperti si Mortgail di Jerman, apalagi sampai memprogramkan secara khusus untuk mencari, mengumpulkan, dan memberikan perlakuan istimewa terhadap mereka.

Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa belum memperoleh perlakuan sebagai aset berharga bagi kemajuan bangsa. Conny Semiawan, guru besar psikologi pendidikan dari Univesitas Negeri Jakarta (UNJ), pernah bereksperimen dengan membentuk lembaga pendidikan yang secara khusus menangani anak jenius. Lembaga tersebut cukup berhasil dalam mengembangkan berbagai potensi istimewa yang dimiliki anak. Namun sayang sekali, karena adanya keterbatasan dalam masalah pendanaan, projek uji coba tersebut pun tidak ada kelanjutannya.

Bukan itu saja, di masa lalu, tingkat pendidikan dasar dan menengah pernah membuat suatu langkah kebijakan, yakni memberikan kesempatan kepada setiap siswa berbakat dan memiliki prestasi belajar yang menonjol diperkenankan bisa naik dua tingkat sekaligus. Misalnya, dari kelas 2 bisa langsung naik ke kelas 4 tanpa harus melalui kelas 3, dari kelas 3 langsung ke kelas 5, kelas 4 bisa langsung naik ke kelas 6 tanpa harus belajar di kelas 5 terlebih dulu. Tentu saja langkah tersebut juga dilakukan melalui tes kemampuan ditambah pertimbangan akademis lainnya. Bila dilihat dari sisi akademik, sistem ini membuka kesempatan bagi anak berbakat untuk terus menggali potensinya. Akan tetapi, dalam perkembangannya kemudian, program tersebut tidak diperbolehkan. Menurut kebijakan tersebut, anak berbakat harus belajar secara bersama dengan anak biasa lainnya. Dengan tujuan yang baik yakni supaya tidak terjadi eksklusivisme.

Pemberlakuan sistem seperti itu hanya membuat mereka menjadi malas, karena tanpa "memeras keringat" saja kemampuannya bisa menyamai anak yang kemampuannya biasa. Akhirnya dalam perkembangannya, karena kemampuannya tak pernah diasah lagi, mereka pun mengalami penumpulan kemampuan. Matilah potensi mereka. Sebagai gantinya, kini di sekolah-sekolah muncul program kelas unggulan. Namun sayangnya, sistem seperti ini hanya mengelompokkan anak-anak pintar agar terpisah dari yang biasa, karena kurikulum maupun metode yang dipergunakannya sama saja dengan kelas reguler biasa yang bukan unggulan. Akhirnya, tujuan dan efektivitas program pun menjadi bias.

Secara filosofis, program pendidikan bagi anak berbakat itu dapat dan harus dilakukan dengan mendekatkan mereka pada realitas kehidupan masyarakat, demi menumbuhkan dan membentuk watak kepeduliannya terhadap berbagai problema di lingkungan sekitarnya, baik masalah ekonomi, sosial, politik, maupun lingkungan alamnya. Mereka harus dibina dalam konteks hubungan sosial dengan manusia, dengan lingkungan alamnya, dan hubungan vertikal dengan Tuhannya, sehingga mereka bisa mengasah kecerdasannya dengan mengkaji dan menganalisis berbagai persoalan yang dihadapinya dengan pendekatan ilmiah yang dilandasi ketauhidan kepada Tuhan YME.

Faktor-faktor penting yang harus mendapat perhatian serius dalam pengembangan anak cerdas adalah menumbuhkan mental mandiri, penanaman rasa percaya diri, dan mengembangkan sikap persaudaraan (kepekaan sosial). Menurut Utami Munandar, Guru Besar Psikologi UI, keberhasilan pendidikan anak berbakat cerdas juga akan sangat bergantung dan ditentukan oleh peranan orang tua, baik dalam proses pembelajarannya di sekolah, maupun kesesuaiannya dengan pendidikan di keluarga. Artinya, orang tua tidak bisa memercayakan sepenuhnya tugas mendidikan anaknya kepada sekolah dan guru. Atau menghendaki anaknya belajar yang tidak sesuai dengan bakat dan potensi anaknya.

Sekolah bukanlah tempat yang secara serta merta dapat memperbaiki aspek kepribadian anak secara utuh seperti mental, spiritual, etika, dan knowledge anak. Apalagi potensi yang bersifat lahiriah, termasuk potensi bakat dan kecerdasan. Sekolah-sekolah yang ada sekarang ini sudah terlampau berat memikul beban tanggung jawab dan harapan yang begitu tinggi dari orang tua, termasuk dalam menjawab tuntutan kebutuhan dalam upaya pendidikan anak-anak berbakat cerdas. Sekolah secara faktual belum bisa menangani masalah pendidikan anak cerdas ini disebabkan semata-mata proses pembelajaran siswa di sekolah masih belum sepenuhnya efektif karena berbagai keterbatasan, baik yang menyangkut aspek tenaga kependidikannya, sarana, prasarana, maupun sistem manajemen pendidikan.

Dalam memperlakukan anak, hendaknya guru maupun orang tua, tidak memaksakan untuk mempelajari atau menguasai sesuatu (ilmu, keterampilan, kegemaran, dsb.) yang bukan keinginan dan jauh dari kemampuannya. Tentu saja tidak semua potensi kecerdasan (multiple intelligences) seperti yang dikemukakan Gardner di atas dimiliki oleh anak. Anak harus dipahami potensi pribadinya secara tepat. Sehingga kita dapat menerapkan pola dan arah pendidikan bagi pengembangan potensi pribadinya secara benar sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya. Ibarat seekor kancil, janganlah ia dipaksa untuk bisa berenang tapi latihlah dia untuk bisa berlari semakin cepat karena keunggulan kancil memang dalam berlari, bukan berenang.

Sudah saatnya kita memberikan perhatian secara khusus kepada anak yang memiliki potensi kecerdasan luar biasa. Jumlah mereka menurut perkiraan para ahli mencapai 10-20% dari suatu populasi. Mereka mutiara di dalam lumpur yang harus diangkat dan diasah sampai bersinar. Mereka bibit yang unggul. Jangan biarkan mereka mati dan layu sebelum tumbuh dan berkembang.

Ada secercah harapan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Pasal 5 ayat (4) yang menegaskan, bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pria Idaman

Simpatik, dewasa, menyenangkan, bisa memahami, enak diajak bicara dan yang paling penting, mencintai! Meski memenuhi segala persyaratan yang memungkinkan orang menyukainya dengan segala kelebihan diatas, namun terdapat satu kekurangan pada dirinya, wajahnya yang terlalu biasa. Sehingga hal kecil (soal wajah) yang sebenarnya tidak terlalu penting itu menjadi ganjalan untuk memberikan sikap balasan yang sepadan, mencintainya pula.

Sebagian orang menganggap wajah menarik -cantik ataupun tampan- adalah menyenangkan. Sekilas tampak berbeda memang, meski hanya sebatas itu kelebihan yang dimilikinya. Bagi setiap mata yang memandang keelokan paras seseorang, memungkinkan setiap pemilik mata itu suka bahkan jatuh cinta!Menentukan pilihan untuk dijadikan calon pendamping hidup terkadang membingungkan bagi sebagian wanita.

Antara memilih yang memiliki pemahaman bagus akan agamanya (sholeh) tetapi tidak berwajah tampan atau mengharap yang rupawan tetapi kurang pemahamannya akan berbagai hal, baik itu agama, pengetahuan umum serta sikap simpatik dan kedewasaannya. Tentu jika boleh memilih, pasti memilih yang menarik rupanya, pintar, sholeh pula.Masalahnya sekarang, entah sampai kapan pilihan-pilihan dengan berbagai sisi kekurangan itu kerap terjadi. Sebenarnya, seberapa pentingkah wajah seorang laki-laki bagi wanita? Sebab, banyak wanita yang hingga saat ini meyakini bahwa wajah merupakan cerminan batin. Keyakinan seperti ini memang agak sulit ditolak, meski dalam beberapa hal, juga harus diakui, bahwa batin seseorang terlalu luas untuk dicerminkan hanya dalam seraut wajah.

Atau pemahaman sebaliknya, wajah terlalu sempit untuk bisa mengungkapkan seluruh isi hati dan jiwa seseorang.Tetapi, memang sudah kodratnya, mata diciptakan untuk cenderung dan suka pada hal-hal yang indah. Tak mengherankan pula bila setiap wanita berharap, dibalik wajah rupawan seorang lelaki tersimpan jiwa yang indah pula, yang mana hal itu acapkali menjadi harapan setiap wanita dalam mencari pasangan hidup.Seberapa penting wajah seorang lelaki bagi wanita?Saat anda berkenalan dan hendak memulai suatu hubungan, wajah memang seringkali menimbulkan rasa simpati.

Melihat wajah seseorang yang bersih, terlebih tampan, kita akan merasa senang, dan betah berlama-lama untuk berbincang, tentu tidak sedikit wanita yang sekaligus melambungkan angan. Tetapi, untuk hubungan yang dalam, intens dan berisi harapan-harapan yang berkelanjutan ke jenjang rumah tangga, bukankah wajah menjadi faktor yang kesekian? Kita mulai mengukur kepribadiannya, pola fikirnya, keluarganya dan pendiriannya, bahkan jika perlu kadar romantisnya. Untuk sementara, kesampingkan faktor wajah! Pribadi dan pendirian seorang lelaki yang bisa memberi rasa damai, aman serta penghargaan, yang lebih kita butuhkan dibanding \'selembar\' wajah.

Apalagi jika ketampanan itu tak memancarkan keteduhan dan perlindungan serta pribadi yang kokoh.Pertanyaannya kemudian adalah, adakah anda merasa lebih memerlukan kerupawanan wajah untuk dibanggakan meski ia tidak memiliki pribadi yang berarti buat anda. Atau kepribadian dan pendirian seorang lelaki yang utuh, yang meneduhkan yang memungkinkan bisa selamanya dibanggakan. Hal ini sebenarnya bukan masalah yang sulit bagi kita, jika ukuran kita adalah hubungan yang didasari oleh perasaan perlu akan kedamaian, ketenangan, penghargaan, dan tentu saja kecerdasan.

Jika ukuran hubungan anda adalah beberapa faktor di atas, lupakanlah kekaguman pada wajah, dan raihlah pribadi yang tak menyembunyikan pesona batiniahnya dalam seraut wajah. Apalagi kita tahu, semua yang terhampar dalam wajah hanya akan terlihat bersinar tidak lebih dari duapuluh tahun. Tetapi kepribadian seseorang yang utuh, setidaknya bertahan lebih dari itu.

9.15.2006

Kenakalan

Oleh Mustafid Amna

SEKALIPUN seringkali dikaitkan dengan anak-anak, sehingga dikenal istilah anak nakal, dan adakalanya disangkutpautkan dengan orang dewasa seperti pengusaha nakal, kenakalan lebih melekat pada remaja. Mencorat-coret dinding, mabal (bolos sekolah) dan kebut-kebutan adalah jenis-jenis kenakalan yang umum dilakukan remaja kita. Dalam dekade terakhir, kenakalan remaja cenderung sangat memprihatinkan. Media massa, baik cetak maupun elektronik sering memberitakan aktivitas remaja yang membahayakan. Sebut saja perkelahian secara perorangan, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti psikotropika, yang yang bisa berujung dengan kematian.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nakal adalah "suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu dsb. terutama bagi anak-anak) atau buruk kelakuan."
Juvenile deliquency atau kenakalan remaja dapat ditinjau dari empat faktor penyebab, yakni faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang remaja.

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci bimbingan orang tua yang bertanggung jawab dapat mengantar individu manusia menerima hidayah Allah sehingga potensi kemalaikatan yang ada dalam dirinyalah yang akan berkembang. Sebaliknya, tanpa bimbingan orang tua, tidak mustahil justru potensi kebinatangan yang ada dalam diri individullah yang akan muncul. Maka berbagai sifat keji (ahlaqul madzmumah) seperti pemarah, tamak, dengki, pendendam, tidak sabaran, sombong dan tidak amanah seumpamanya yang akan berkembang dan melekat pada pribadi yang bersangkutan. Hal ini berlaku karena individu tersebut telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu kebinatangan, serta pengalaman yang diterima sejak kecil. Sifat-sifat tidak baik itu mungkin telah muncul sejak individu masih anak-anak dan kemudian tambah diperkuat ketika yang bersangkutan memasuki masa remaja.

Pada tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga. Ini berarti bahwa perkembangan mental, fisik dan sosial individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola dengan kebiasan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika seorang remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar faktor keluarga turut memengaruhi keadaan tersebut. Kondisi keluarga yang dapat menyumbang terhadap terjadinya kenakalan anak adalah kurangnya perhatian yang diberikan orang tua, serta kurangnya penghayatan dan pengamalan orang tua/keluarga terhadap agama.

Sekolah merupakan lingkungan belajar kedua yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan, anak. Faktor sekolah yang berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang longgar, ketidakacuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa di luar urusan sekolah, serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang menyebabkan kecilnya peran orang tua dalam kemajuan pendidikan anaknya.
Faktor lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat, multimedia dan berbagai fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang bisa menumbuhkan dan meningkatkan rangsangan seksual dan nafsu hewani . Aktivitas lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di antara pria dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusat-pusat hiburan serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan dan pornografi.

Pada praktiknya kontribusi keempat faktor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus kenakalan remaja. Sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan, maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab terbesar. Ketimbang menyalahkan pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif memperbaikinya. Dalam keadaan demikian seyogianya orang tua: 1) dapat memaafkan dan berlaku adil terhadap anak. 2) Tidak terlalu menampakkan kekecewaan dan dapat menerima anak apa adanya. 3) Memberi pertolongan dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan penuh kasih sayang. 4) Meminta pendapat remaja yang bersangkutan tentang bagaimana mencari solusi masalah yang sedang dihadapi.

Berjaga-jaga dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, selalu lebih baik dari pada mengobati. Sebelum atau sekurang-kurangnya pada saat memohon dianugerahi anak saleh, kita seyogianya siap menjadi orang tua yang saleh. Orang tua yang saleh adalah pria yang mampu menjadi pemimpin buat istri dan anak-anaknya. Ibu yang selalu berusaha menyiapkan surga bagi anak-anaknya di telapak kakinya.

Orang tua yang siap memberikan teladan buat putra putrinya dan orang tua yang bertanggung jawab terhadap kebahagiaan dunia akhirat anak-anaknya."Setiap saat bayi terlahir dalam keadaan suci, terpulang kepada orang tuanyalah untuk meyahudikannya atau menasranikannya (Hadis Riwayat Bukhari).

Menolong Siswa yang kurang PD

Topik: Studi Kasus Untuk Bimbingan Konseling
oleh: Slameto

DESKRIPSI KASUS

Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF

Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING

Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan / kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.

PENUTUP

Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli2. Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli3. Kesegaran hasil yang dicapai,4. Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri kalah.
Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggungjawa b penciptaan masalah-masalah kita sendiri; (2) menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara berarti; (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini; (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik SDSSharus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6) mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.